5 Bank Seorang Penulis


      Apa kabar semuanya? Masih semangat menulis, kan? Harus, dong. Jangan mau kalah dengan Matahari yang terus bersinar menyinari bumi hehehe.
      O iya, teman tahu tidak, kalau seorang penulis itu harus punya banyak bank. Tapi bukan bank uang semuanya. Tapi ada bank-bank naskah. Bank-bank ini memudahkan kita dalam kegiatan menulis, lho. Nah, Kebetulan saya sudah punya, lho. Mau tahu bank-bank apa saja itu? Saya beritahu ya…
Bank Ide
     Pertama, saya punya bank ide. Ini untuk menampung ide-ide cerita saya. Teman-teman pasti sudah tahu, kalau ide itu bisa didapat darimana saja dan kapan saja. Jadi begitu dapat ide, saya langsung masukan ke bank ide. Kapan saya butuh ide, tinggal dilihat di bank naskah.
     Bank naskah sangat perlu lho, teman-teman. Soalnya kita kan kadang lupa atau memori kita tidak bisa mengingat semua ide yang pernah kita dapatkan. Jadi agar tidak menguap percuma, maka saat dapat ide, segera catat dan masukkan ke bank naskah. Sayang sekali, ada ide keren, tidak dicatat. Pas sudah ada waktu menulis, eh malah lupa idenya.
Bank Naskah Sebelum dikirim
    Setelah punya bank ide, kita wajib punya bank naskah. Ini tempat naskah-naskah yang sudah selesai kita tulis, tapi belum dikirim ke media atau penerbit. Mungkin karena saat kita menulis, belum ada tema yang sesuai dibutuhkan penerbit.
    Lho, kok menulis disimpan saja? Tenang, teman-teman. Saya selalu percaya, naskah yang kita tulis, cepat lambat akan ada jodohnya. Jadi kalau ada ide, jangan menunda untuk menulis, karena belum sesuai momennya. Tulis saja, jadi begitu ada momen yang pas, langsung buka bank naskah dan kirim.
Bank Naskah Sudah Terkirim
    Bank selanjutnya yang saya punya adalah bank naskah yang telah dikirim. Baik dikirim ke media maupun dikirim ke penerbit. Bank ini penting juga. Soalnya kita bisa dengan mudah mengontrol, naskah-naskah mana saja yang masih berjuang di media atau penerbit.
    Bank ini harus selalu dicek. Lihat naskah mana saja yang sudah lama ‘pergi merantau’ ke media atau penerbit. Bila sudah lama, bisa ditarik dan dikirim ke media atau penerbit lain.
    Ingat, setiap naskah yang kita tulis ada jodohnya. Jadi saat tidak diterima di satu media atau penerbit, kirim ke tempat lain.
Bank Naskah yang Sudah Diterbitkan
    Bank ke empat adalah bank naskah yang sudah diterbitkan. Jadi setiap naskah yang sudah diterbitkan baik di media atau penerbit, saya langsung memindahkan dari bank naskah yang sudah terkirim ke bank naskah yang sudah diterbitkan.
    Dengan adanya bank ini, kurcaci pos lebih mudah mengetahui, sejauh mana perkembangan menulis. Selain itu, kalau dibutuhkan, akan lebih cepat mencarinya. Misalnya kita ingin membuat kumcer, maka tinggal dilihat mana saja naskah cerpen kita.
Bank Tabungan
     Nah, ini juga tidak kalah penting, teman-teman. Penulis harus punya rekening bank sendiri. Tentu saja untuk transfer honor dari media, royalti dari penerbit, juga uang dari hasil menulis kita. Bisa memang numpang di rekening ayah, ibu, atau saudara. Tapi kan, ribet juga.
     Kalau saya sih, sengaja membuka 2 rekening dengan bank berbeda. Jadi 1 khusus untuk kebutuhan pribadi, satu lagi untuk kebutuhan menulis. Selain tidak tercampur, saya akan bisa lebih mudah mengecek penghasilan dari menulis hehehe…
Nah, itu dia 5 bank yang diperlukan penulis. Semoga tips saya permanfaat. Salam semangat menulis.

Subscribe to receive free email updates:

3 Responses to "5 Bank Seorang Penulis"

  1. Woala, tak pikir rek bank ada 5. He3. Saya punya tiga baru. Bank ide, naskah, naskah sdh kirim. Kerjaan Mas rapi ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, ayo tambah 2 bank lagi, Mbak Waidjie.
      Iya, Mbak. Dengan adanya bank-bank ini, file naskah kita jadi rapi. Kalau butuh, tidak susah nyarinya.

      Terus semangat menulis, Mbak Waidjie

      Hapus
  2. Ayo, tambah 1 banknya lagi. Dan terus semangat menulis...

    BalasHapus